Tempat Berbagi Ilmu

MAKALAH PSIKOSOSIAL DEWASA MADYA : Makalah Psikologi Perkembangan

BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an. Sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap, dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia madya merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai psikososial dewasa madya berdasarkan subyek yang kami wawancarai.







6
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perjalanan hidup di usia pertengahan?
2.      Bagaimana Perubahan yang terjadi pada masa paruh baya berdasarkan Pendekatan Teoretis Klasik?
3.      Apa saja isu dan tema yang berkaitan dengan diri pada masa paruh baya?
4.      Apa saja perubahan yang terjadi dalam relasi pada masa paruh baya?
5.      Bagaimana relasi konsensual yang terjadi pada usia dewasa madya?
6.      Bagaimana relasi antara usia dewasa madya dengan anak yang sudah dewasa?
7.      Bagaimana hubungan ikatan kekeluargaan lain yang terjadi pada usia dewasa madya?

1.3 Tujuan

1.      Menjelaskan perjalanan hidup di usia pertengahan
2.      Menjelaskan Perubahan yang terjadi pada masa paruh baya berdasarkan Pendekatan Teoretis Klasik
3.      Mendeskripsikan isu dan tema yang berkaitan dengan diri pada masa paruh baya
4.      Mengidentifikasi perubahan relasi pada masa paruh baya
5.      Menjelaskan relasi konsensual yang terjadi pada usia dewasa madya
6.      Menjelaskan relasi antara usia dewasa madya dengan anak yang sudah dewasa
7.      Mendeskripsikan ikatan kekeluargaan lain pada usia dewasa madya










7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Mengamati Perjalanan Hidup di Usia Pertengahan
Perubahan dan kontinuitas pada masa parubaya harus dilihat dari perspektif rentang kehidupan secara menyeluruh. Karier paruh baya dari Albright didasarkan pada pengalaman masa kecilnya dan pergulatan masa mudanya. Hal ini agak sedikit berbeda dengan hasil wawancara diatas dimana didapatkan informasi bahwa subjek sama sekali belum mengetahui dan membayangkan pekerjaan yang sedang dia geluti saat ini sebelumnya.
Jalur hidup individu berpapasan dan bertabrakan dengan jalur anggota keluarga, teman, rekanan dan orang asing. Hal inilah yang kemudian membuat bapak Dedy memutuskan untuk membuat prioritas akan apa yang harus dia perhatikan terlebih dahulu dari keluarga, pekerjaan, maupun lingkungan sosialnya.

2.2       Perubahan pada Masa Paruh Baya: Pendekatan Teoretis Klasik
Kepribadian telah terbentuk secara permanen di usia ini. Costa & McCrae yang model traitnya menggambarkan usia paruh baya sebagai waktu stabilitas esensial dalam kepribadian. Teoretisi humanis seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers memandang usia paruh baya sebagai peluang bagi perubahan positif. Dalam wawancara dikatakan bahwa subjek pada masa mudanya sering menghabiskan waktu dengan teman-temannya, namun disaat sekarang ia lebih senang menghabiskan waktu dengan keluarga. Selain itu dalam dunia pekerjaan, sebisa mungkin subjek mengarahkan diri ke hal-hal yang positif. Selain itu menurut maslow, aktualisasi diri hanya dapat muncul seiring dengan kematangan dimana menurut subjek perubahan yang diakibatkan oleh usia yang semakin meningkat merupakan kodrat manusia.
Sedangkan Rogers mengatakan bahwa fungsi penuh manusia mensyaratkan proses konstan seumur hidup untuk mengharmoniskan diri dengan pengalaman. Hal ini berkaitan dengan pengalaman subjek dimana ia menjadikan pengalaman sebagai pelajaran supaya kedepannya ia lebih baik lagi

8
Para periset mempelajari tiga tipe perubahan psikososial: perubahan yang terkait dengan kebutuhan maturasional/pematangan atau tugas yang akan dialami semua manusia pada masa tersebut, perubahan terkait dengan peran yang didukung secara kultural atau peristiwa sejarah yang mempengaruhi pupulasi tertentu, dan perubahan yang berkaitan dengan pengalaman tidak biasa atau timing yang tidak biasa dalam peristiwa hidup. Teori klasik yang membahas ketiga tipe model ini adalah model tahapan normatif  dan model timing of event.

Ø  Model Tahapan Normatif
ü  Carl G. Jung: Individuasi dan Transendensi
Individuasi adalah istilah Jung bagi kemunculan jati diri melalui penyeimbangan atau integrasi bagian-bagian kepribadian yang berlawanan. Misalnya pada waktu muda dulu subjek suka bersenang-senang dengan teman-temannya, pada saat sekarang subjek lebih senang berkumpul berkumpul dengan keluarga
Sedangkan yang berkaitan dengan transendensi adalah orang menggeser keasyikan mereka kepada batin dan spiritual dimana subjek dalam mendidik anak juga punya harapan anak-anaknya bisa menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan harapannya itu berkaitan dengan spiritual.
ü  Erik Erikson: Generativitas vs. Stagnasi
Tahap ketujuh perkembangan psikososial dimana orang dewasa mengembangkan perhatian berkaitan dengan membentuk, membimbing, dan memengaruhi generasi berikutnya. Hal ini ditunjukkan oleh subjek dalam mendidik dan membimbing kedua anaknya dan dalam dunia kerja dimana ada komunikasi dengan bawahan yang lebih muda dalam melaksanakan pekerjaan mereka.


9
Apabila seseorang tidak mampu melaksanakan tugas generativitas ini dengan baik maka ia akan mengalami stagnasi dimana ia akan merasakan perasaan tidak aktif
ü  Warisan Jung dan Erikson: Vaillant dan Levinson
Vaillant melaporkan diferensiasi gender pada masa paruh baya dan kecenderungan pria untuk  menjadi penayom dan lebih ekspresi. Demikian pula, pria dalam penelitian Levinson kurang terobsesi dengan prestasi dan mereka menunjukkan generativitas dengan menjadi pembimbing bagi pria yang lebih muda. Keduanya berkaitan dengan generativitas dimana subjek dalam dunia pekerjaan berusaha untuk membangun relasi yang baik dengan orang-orang muda yan usianya lebih dibawah dia dan berusaha untuk mengambil hal yang positif dari relasi mereka terutama pada pekerjaan. Namun disini subjek pun masih sangat memperhatikan tentang prestasi kerjanya.
Bernice Naugarten mencatat kecenderungan adanya interiority dimana seseorang menunjukkan perhatian terhadap kehidupan batin introversi dan introspeksi yang bisa muncul pada masa paruh baya. Dalam hal ini, subjek mengatakan pada saat hasil pekerjaannya kurng bagus ia mencari tahu penyebab lalu mencari solusi untuk menanganinya

Ø  Timing of Event: Jam Sosial
Usia pertengahan sering kali menimbulkan restrukturisasi peran sosial: anak yang pergi, menjadi kakek/nenek, mengubah pekerjaan atau karier, dan akhirnya pensiun. Dalam kaitannya dengan wawancara kami ini, subjek mengalami timing of event ini pada saat anak sulungnya meninggalkan rumah jadi perannya yang selama ini langsung meberi perhatian dan didikan pad anaknya berubah dan mereka hanya berkomunikasi dengan menggunakan handphone. Sebagian masih membesarkan anak sedangkan yang lain mendefinisi ulang peran mereka
10
sebagai orang tua terhadap anak remaja atau pemuda dan sering kali sebagai pengasuh orang tua yang sudah manula. Disni, subjek menunjukkan bahwa perannya terhadap anak remaja semakin meningkat dimana yang awalnya merka belum memikirkan kehidupan remaja, sekarang jadi memikirkan hal itu salah satu contohnya yaitu menjauhkan anak dari pergaulan zaman sekarang.
2.3       Diri pada Masa Paruh Baya: Isu dan Tema
ü  Apakah ada krisis paruh baya?
Krisis patuh baya adalah periode yang biasanya menekan, yang diakibatkan oleh perenungan dan pengevaluasian kembali kehidupan seseorang. krisis paruh baya dikonseptualisasikan sebagai krisis identitas, yang disebut dengan istilah puber kedua
·         Peninjauan kembali masa paruh baya
Disini seseorang yang sudah memasuki masa paruh baya melakukan pengujian introspektif yang kerap terjadi pada masa paruh baya, mengarah kembali pada penilaian kembali dan perevisian nilai dan prioritas. Peninjauan ini bisa menimbulkan penyesalan atas kegagalannya menggapai impian, atau menimbulkan kesadaran yang lebih tajam akan jam sosial, makin dekatnya batas waktu perkembangan, atau terbatasnya waktu untuk memiliki anak dan menemukan pasangan ntim yang baru.
Disini subjek meninjau kembali bahwa salah satu hal yang pernah membuat dia merasa terjatuh adalah pada saat pekerjaannya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Selain itu ia merasa bahwa diusia sekarang kesehatannya menjadi rentan sehingga ia membutuhkan kegiatan fisik untuk tetap menjaga kebugarannya.
Orang-orang yang memiliki kelenturan ego dimana mereka mampu beradaptasi lebih fleksibel terhadap sumber potensi stres berkecenderungan lebih besar melewati paruh baya dengan sukses. Pada saat subjek mengalami stres ia mampu menangani hal tersebut dan menyelesaikannya dengan baik di masa mendatang dengan
11
mempertimbangkan konsekuensinya
                       
ü  Perkembangan Identitas
Identitas dapat mengandung beberapa kemungkinan diri termasuk impian seseorang dan hal yang dihindari. Disini subjek mengatakan bahwa hal yang paling dia impikan adalah keluarga yang selalu harmonis dan anak-anak yang patuh dan hal yang paling dihindari adalah segala hal-hal yang buruk.
*      Susan Krauss Whitebourne: identitas sebagai proses, model proses identitas
Model ini mengatakan bahwa perkembangan identitas didasarkan pada proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah usaha untuk menyesuaikan pengalaman baru dengan pengalaman yang telah ada. Dalam wawancara, kami ambil contoh pada saat bekerja subjek sangat senang dengan pengalaman baru karena dapat menanbah pengetahuan dia dari hal-hal yang terjadi sebelumnya
Sedangkan akomodasi adalah penyesuaian konsep diri agar sesuai dengan pengalaman baru. Pada saat bekerja, ia menyesuaikan apa yang ada dalam dirinya dan meneria setiap pekerjaan yang ada dengan pekerjaannya sehingga ia bisa bekerja semaksimal mungkin.
Gaya identitas adalah karakteristik cara berkonfrontasi, menginterpretasi, dan merespons pengalaman. Gaya identitas yang paling sehat adalah gaya identitas berimbang dimana identitas mereka fleksibel ketika dibutuhkan .
*      Generativitas, Identitas, dan Usia
Identitas seseorang yang menginjak usia paruh baya sebagai orang tua terkadang menuntut mereka untuk memiliki sifat generativitas dimana mereka membimbing, membantu, ataupun mendidik generasi-generasi dibawahnya.
12
Misalnya mendidik anak-anaknya.
*      Psikologi Naratif: Indentitas sebagai Kisah Hidup
Orang-orang pada masa paruh baya seringkali membuat konsep akan apa yang ingin mereka lakukan dan hal ini dimotivasi oleh identitas mereka. Dalam wawancara subjek lebih umum menjelaskan bahwa jika ia ingin melakukan sesuatu ia terlebih dahulu membuat rencana, lalu melaksanakan, dan yang terakhir adalah mengevaluasi tindakannya tersebut. Dan semua yang ia lakukan sudah pasti merupakan dorongan dari dalam dirinya sendiri dan sesuai dengan apa yang dia inginkan dengan berbagai pertimbangan tentunya
*      Identitas Gender
Pria paruh baya lebih terbuka tentang perasaanya, lebih tertarik kepada relasi intim, dan lebih mengayomi dibanding pada usia sebelumnya. Menurut Gutmaann, perangender tradisional dikembangkan untuk meyakinkan keamanan dan kesejahteraan anak yang sedang tumbuh. Seorang ibu haruslah menjadi seorang pengasuh dan ayah sebagai pencari nafkah. Ketika parenting aktif maka akan ada kemungkinan pertukaran gender dimana adanya pembalikkan peran gender setelah masa parenting aktif selesai. Dalam wawancara ini subjek menunjukkan bahwa dalam pengasuhan juga adanya pertukaran gender dimana ia juga membantu sang istri mengasuh anak-anak pada saat bayi dan sang istri juga membantu dia dalam hal perekonomian dengan usaha kecil-kecilan
ü  Kesehatan psikologis dan kesehatan mental positif
Kesehatan mental bukan hanya bersih dari penyakit mental. Kesehatan mental positif mengandung perasaan akan kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan akan keberadaan diri yang sehat. Perasaan subjektif akan kenyamanan, atau kebahagiaan, merupakan evaluasi seseorang atas kehidupannya
13
o        Carol Ryff: Beragam Dimensi Kesejahteraan
Carol Ryff dan beberapa koleganya mengembangkan model multidimensi yang mencakup enam dimensi yaitu penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan personal. Menurut Ryff, orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Salah satu kaitannya dengan wawancara kami yaitu dimana subjek mampu membangun relasi yang baik dengan orang lain dan mementingkan komunikasi dan dari komunikasi tersebut ia juga mementingkan hal hal yang positif.
o   Generativitas sebagai Faktor dalam Penyesuaian Psikologis
Generativitas timbul sebagi fitur penentu penyesuaian psikososial pada masa paruh baya karena peran dan tantangan periode ini seperti tuntutan pekerjaan dan keluarga yang menuntut respon generatif. Artinya bahwa seseorang yang menunjukkan respon generatif kepada orang yang lebih muda ia akan menyesuaikan keadaan psikisnya. Isalnya saat menghadapi anak yang rewel atau kurang stabil emosinya, orang tua harus bisa mengatasinya dengan kepala dingin dan dibicaakan secara baik-baik. Pada wawancara kami ini, subjek mengatakan bahwa pada masa mudanya ia kurang bisa mengontrol emosinya namun pada sekarang ia sudah mampu mengelola emosi apalagi saat berhadapan dengan anak-anak mereka.
2.4 Perubahan dalam Relasi pada Masa Paruh Baya
v  Teori Kontak Sosial
Teori ini merujuk pada:
§  teori konvoi (persahabatan) sosial yang mengatakan bahwa orang-orang bergerak melalui kehidupan yang dikelilingi oleh
14
siklus konsentris hubungan intim dengan tingkat kedekatan yang bervariasi, yang menjadi tempat mereka menggantungkan bantuan, kesejahteraan, dan dukungan sosial. Dari wawancara yang kami lakukan, subjek memiliki kedekatan yang sangat baik dengan keluarga dimana pada saat ditanya ia selalu menjawab sesuatu yang berkaitan dengan keluarga misalnya membedakan waktu dulu dengan sekarang dimana subjek lebih sering menghabiskan waktu dengan keluarga bila ada waktu luang, dan keinginan akan keluarga yang selalu harmonis
§  Teori selektivitas Sosioemosional yaitu teori yang menyatakan bahwa orang-orang memiliki kontak sosial berdasarkan perubahan nilai penting relatif interaksisosial yang merupakan sumber informasi, sebagai bantuan dalam mengembangkan dan mempertahankan konsep diri, dan sebagai sumber kesejahteraan emosional. Dalam wawancara, subjek mengatakan bahwa apabila disuruh untuk memilih antara keluarga, pekerjaaan, dan dunia sosial, ia memilih mana yang menjadi prioritas yang ia perhatikan terlebih dahulu

v  Relasi dan kualitas kehidupan
Sebagian besar orang patuh baya mengatakan bahwa hubungan yang baik dengan pasangan merupakan hal yang penting bagi kulaitas hidup mereka, begitupula ikatan yang kuat dengan teman dan keluarga. Disini apabila ada konflik, subjek mampu menyelesaikannya dengan kepala dingin dan pernikahan mereka sudah berjalan selama 30 tahun hal ini mempengaruhi kualitas kehidupannya dimana subjek sering kali bercanda selama wawancara berlangsung



15
2.5       Relasi Konsensual
Perkawinan, ikatan homoseksual, dan pertemanan biasanya melibatkan dua orang segenerasi dan melibatkan pilihan mutual.
§  Perkawinan
Perkawinan paruh baya pada masa kini amat berbeda dari yang sebelumnya. Ketika harapan hidup memendek, pasangan yang tetap bersama selama dua puluh lima tahun, atau empat puluh tahun merupakan sesuatu yang langkah. Pola paling umunya yaitu pernikahan terputus oleh kematian dan yang ditinggal menikah lagi. Orang-orang memiliki banyak anak dan mengharapkan mereka tinggal dirumah sampai menikah. Karena itu, kesendirian merupakan ketidakbiasaan bagi suami sitri paruh baya.
Disini subjek mengatakan bahwa pernikahan mereka sudah berjalan selama 30 tahun dan ia selalu ingin anak-anaknya tinggal bersama dengan mereka tapi karena keadaan maka ia harus rela melepaskan anak sulungnya untuk pergi dari rumah.
§  Perceraian pada masa paruh baya
Perceraian pada masa ini terbilang jarang karena pada saat pasangan tinggal bersama mereka membangun:
o   Marital capital: yaitu keuntungan finansial dan emosional perkawinan yang menjadikannya sulit dilepaskan begitu saja
o   Empty Nest: yaitu fase transisional parentingmengikuti anak terakhir yang meninggalkan rumah orang tuanya
§  Relasi Gay dan Lesbian
Homoseksualitas juga dapat terjadi di masa paruh baya namun gay dan lesbian yang terjadi di masa ini dianggap sebagai penyakit mental dan homoseksual cenderug dikucilkan, bukan hanya dari komunitas tetapi juga dari sesama homoseksual

16
§  Pertemanan
Menurut Carstensen, jaringan sosial cenderung menjadi lebih kecil dan lebih intim pada masa paruh baya. Dibandingkan orang yang lebih muda, orang-orang paruh baya hanya memiliki sedikit waktu dan energi yang bisa diberikan kepada teman karena mereka terlalu sibuk dengan keluarga dan pekerjaan serta membangun pengaman untuk masa pensiun. Akan tetapi, pertemanan masih terus ada dan merupakan sumber dukungan emosionaldan kesejahteraan yang kuat. Disini subjek juga menunjukkan hal ini dimana ia jarang menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
2.6       Relasi dengan anak yang sudah Dewasa
Pada saat itu, keluarga bermacam-macam dan kompleks. Perlahan-lahan orang tua berhadapan dengan peristiwa non-normatif dimana anak-anak tetap tinggal bersama mereka setelah dewasa, anak yang meninggalkan rumah tetapi kembali lagi. Akan tetapi, satu yang tidak berubah yaitu orang tua bergantung sepenuhnya pada apa yang akan terjadi pada anak-anak mereka
Ø  Anak Remaja: isue bagi orang tua
Biasanya orang dewasa madya menjadi orang tua dari anak-anak remaja. Pada saat menghadapi mereka sendiri, orang tua harus menghadapi anak remaja mereka yang mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada masa ini, pemberontakkan dan penolakan terhadap otoritas orang tua yang ditunujukkan oleh anak remaja pasti ada, tapi orang tua hrus menerima anak yang sedang dewasa sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang mereka mau. Dimana dalam wawancara ini, subjek memilih untuk mengatasi anak yang emosinya kurang stabil dengan cara lebih banyak diajak bicara.
Ø  Ketik anak meninggalkan rumah: The Empty Nest
Empty nest bukan merupakan sinyal akhir perenthood. Hal tersebut merupakan transisi ke tahap baru dimana adanya hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah dewasa. Empty nestbis menjadi sulit bagi
17
pasangan yang identitasnya bergantung pada peran parental atau yang sekarang harus menghadapi masalah perkawinan yang sebelumnya mereka kesampingkan karena dibawah tekanan tanggung jawab sebagai orang tua. Dalam wawancara kami, subjek awalnya juga merasa berat karena anak yang awalnya bersama-sama tinggal dengan mereka harus keluar dan berpisah. Hal ini membuat mereka sedih tapi mereka tetap rela melepaskan anaknya karena mereka juga memikirkan bahwa anak mereka harus mandiri dan dengan perginya dia dari rumah juga punya maksud yang baik pula bagi hidupnya kelak

Ø  Parenting yang berkepanjangan: “Cluttered Nest”
Hal ini berkaitan dengan anak yang yang tetap memilih tinggal bersama orang tua mereka sekalipun sudah dewasa. Hal yang sama juga berlaku bagi anak yang sudah pernah meninggalkan rumah tapi kembali lagi kerumah orang tua pada saat mengalami masalah keuangan, perkawinan, atau lain sebagainya.
Subjek mengatakan bahwa anaknya tidak pernah kembali kerumah pada saat mengalami masalah karena selalu dia bantu dengan memberi perhatian dan membantu mencari jalan keluar

2.7       Ikatan Kekeluargaan Lain
a.       Hubungan dengan orang tua yang sudah uzur
Pasangan paruh baya hanya memiliki peluang 10% memiliki orang tua yang masih hidup. Pada suatu hari, orang paruh baya akan melihat bahwa orang tua mereka membutuhkan kasih sayang dari anak-anak mereka. Disini orng yang memasuki masa dewasa madya akan berusaha atau belajar untuk menerima dan memenuhi kebutuhan orang tua mereka yang bergantung pada mereka, hal ini biasa disebut dengan filial maturity.

18
Selain itu ada juga filial crisis dimana orang dewasa menyeimbangkan cinta dan tugas pada orang tua dengan otonomi dalam hubungan dua arah. Sebagian besar orang patuh baya menerima kewajiban mereka terhadap orang tua mereka
Selain itu, orangparuh baya juga dapat menjadi pengasuh bagi orang tua mereka yang sudah sepuh. Dalam mengasuh orang tua mereka ini terdapat beberapa kendala seperti: generasi sandwichyaitu orang dewasa pertengahan didesak oleh kebutuhan yang bersaing dengan kebutuhan untuk melahirkan anak dan merawat orag tua yang sudah tua. Selain itu ada juga kelelahan pengasuh dimana kelelahan kondisi fisik, mental, dan penggunaan emosi dalam merawat orang tua
b.      Relasi dengan saudara kandung
Pada usia ini relasi dengan saudara kandung juga masih sangat baik dimana antar saudara masih berkomunikasi satu sama lain untuk menanyakan kabar atau sekedar berkumpul bersama dan juga bersama –sama merawat orang tua yang sudah sepuh. Terkadang juga terdapat konflik pada saat merawat orang tua
Dalam wawancara kami mendapat informasi bahwa subjek juga selalu berkomunikasi dengan saudara kandung lainnya untuk menanyakan kabar dan sejauh ini hubungan dengan saudaranya baik-baik saja. Karena jarak yang jauh mereka jarang bertatap muka secara langsung tapi karena adanya kemajuan teknologi mereka bisa memanfaatkannya sebagai mdia berkumpul meskipun tidak secara langsung
c.       Grandparenthood
o   Peran kakek dan nenek
Kakek dan nenek juga memiliki peran dalam mengurus dan mendidik anak-anak mereka. Dikarenakan kesibukan bekerja ataupun ada anak dan pasangannya yang tinggal serumah terkadang meninggakan anak mereka bersama dengan kakek dan neneknya.
19
Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap peran kakek dan nenek dalam merawat, mengasuh, serta mendidik cucu-ucuc merek
o   Grandparenting setelah perceraian dan pernikahan kembali
Hal yang dimaksudkan disini adalah ketika terjadi perceraian dan pernikahan kembali yang membuat kakek atau nenek memperhatikan cucu kandung mereka maupun cucu tiri mereka. Pernikahan kembali salah satu ataupun kedua orang tua sering membawa pasangan kakek/nenek baru, dan sering kali kakek/nenek tiri. Kakek/nenek tiri bisa jadi menemukan diri mereka sulit untuk dekat dengan cucu tiri/baru maupun sebaliknya
o   Membesarkan cucu
Banyak kakek/nenek yang menjadi pengasuh tunggal utama untuk para cucu mereka. Dalam negara berkembang, salah satu alasannya adalah migrasi orang tua dari desa ke perkotaan untuk mencari pekerjaan. Selain itu, saat mereka bercerai lalu menikah lagi, anak bisa saja mereka titipkan pada orang tua sehingga membuat orang tua merekalah yang haru menjaga cucu-cucunya.
2.8 Kaitan Jurnal dengan Materi
1.      Judul jurnal: Karir dan Pekerjaan di Masa Dewasa Awal dan Dewasa Madya
2.      Nama jurnal: Majalah ilmiah informatika
3.      No. Jurnal: No. 3
4.      Volume & halaman: Volume 3, halaman 193-212
5.      Tahun terbit: 2012
6.      Nama Institusi: Fakultas Psikologi Universitas AKI Semarang
7.      Nama Penulis: Siska Adinda Prabowo Putri
8.      Isi Jurnal: berkaitan dengan pekerjaan yang digeluti oleh orang-orang yang berada pada masa dewasa awal dan dewasa madya
Dari jurnal tersebut dapat diperoleh informasi bahwa setiap orang pasti pernah mengalami masalah. Pada dewasa awal maupun madya, maslaah sering kali
20
terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan kerja. Permasalahan yang terjadi di dunia kerja umumnya berkisar antara pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas, dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Dalam materi yang kami bahas juga ada kaitan dengan karir paruh baya dimana seseorang yang menginjak usia paruh baya pun terkdang masih harus terjun kedalam duni pekerjaan. Subjek yang kami wawancara disini juga masih bekerja sebagai pegawai swasta. Banyak juga masalah yang sering kali ia hadapi dalam pekerjaan namun ia memiliki solusi yang dapat mengatasi masalahnya tersebut. Dalam jurnal ini, dikatakan bahwa apabila orang-orang pada masa dewasa awal ini berhasil mengatasi masalahnya maka mereka akan makin menyenangkan dan rasa percaya diri makin teguh, mantap, dan semakin tentram. Selain itu dikatakan dalam jurnal bahwa orang-orang yang punya pekerjaan pada usia dewasa awal dan madya sangat sulit menyesuaikan diri antara keluarga dengan pekerjaannya. Dari hasil wawancara subjek lebih memprioritaskan mana yang harus diperhatikan terlebih dahulu. Keberhasilan penyesuaian diri dengan masa dewasa dapat dinilain dengan tiga kriteria yaitu prestasi dalam pola pekerjaan, tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan keberhasilan dari individu tersebut. Dari hasil wawancara dikatakan bahwa subjek juga mementingkan prestasi dalam dunia pekerjaansehingga dari prestasi tersebut dapat membuat dia merasa puas dengan apa yang telah dia kerjakan dan hal ini menjadi suatu pencapaian yang baik atau keberhasilan dari subjek tersebut.









21
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Dalam istilah psikososial, masa dewasa tengah pernah di anggap sebagai masa yang relatif menetap. Freud (1906/1942) memandang tidak ada gunanya  psikoterapi bagi orang-orang yang berusia 50 tahun keatas karena ia meyakini kepribadian telah terbentuk secara permanen pada usia tersebut.
Para ahli teori humanistic seperti Maslow dan Rogers memandang masa paruh baya sebagai sebuah kesempatan untuk perubahan positif. Carl Jung memandang bahwa laki-laki dan perempuan pada masa paruh baya mengungkapkan aspek kepribadian yang sebelumnya di tekan. Dua tugas penting adalah menyerahkan citra masa muda dan mengakui kefanaan. Sementara menurut Erikson dewasa tengah berada pada tahapan psikososial ketujuh yaitu generativity versus stagnation. Generativity dapat diungkapkan melalui pengasuhan dan menjadi kakek-nenek,mengajar atau menjadi mentor.
Berbagai persoalan dan tema psikososial yang penting selama masa dewasa tengah berkaitan dengan kehadiran krisis paruh baya,perkembangan identitas,dan kesejahteraan social.penelitian tidak mendukung krisi paruh baya normative. Lebih akurat untuk mengacu pada sebuah transisi yang sering kali melibatkan pengkajian ulang masa paruh baya,yang mungkin menjadi titik balik psikologis. Psikologi naratif menggambarkan perkembangan identitas sebagai proses mengkonstruksi kisah hidup yang telah berkesinambungan. Penelitian yang terbatas pada kesejahteraan social menyatakan bahwa kesejahteraan social cenderung tinggi pada masa paruh baya,tetapi sangat rendah di antara kaum minoritas yang substansial.
Kaitannya dengan hasil wawancara :
Dari materi yang kami dapatkan dari buku, kemudian dibuat dalam bentuk pertanyaan yang langsung kami tanyakan pada subjek untuk menggali informasi lebih mendalam terkait psikososial dewasa madya. Dengan acuan buku yang ada, kami menemukan banyak kesesuaian dengan teori yang ada. Namun ada juga beberapa yang kurang sesuai, seperti orang tua yang sudah tidak ada dan subjek yang belum
22
mempunyai cucu. Namun, secara keseluruhan banyak sekali hal yang terdapat dalam buku yang ketika disesuaikan dengan informasi yang diberikan oleh subjek memiliki banyak kesamaan dan kesesuaian dengan teori yang ada.





















23
DAFTAR PUSTAKA

Papalia, D.E., Old S.W., & Feldman, R.D. (2011). Human Develompment: Psikologi Perkembangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Santrock, John W. (2011). Life-Span Development Thirteen th Edition (Perkembangan Masa Hidup). Ebook file.
Tag : Psikologi
0 Komentar untuk "MAKALAH PSIKOSOSIAL DEWASA MADYA : Makalah Psikologi Perkembangan"

Back To Top