BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Persepsi
sosial merupakan proses yang digunakan untuk mengetahui dan memahami orang
lain. Pengetahuan akurat tentang orang lain akan sangat berguna untuk mengatur
hubungan saling interaksi. Dalam hubungan social, persepsi social dapat
dijadikan sebagai kerangka berpikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan
seseorang dengan orang lain. Selain bermanfaat, persepsi social terkadang dapat
juga menimbulkan masalah berkenaan dengan kesalahan persepsi. Kesalahan
persepsi itu terutama karena terlalu sempitnya sudut tinjauan individu dalam
mencoba memahami dan menilai orang lain.
Persepsi
sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain, merupakan aktivitas yang
sangat kompleks karena orang lain juga merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak
mudah mengenali orang lain karena selain karakteristik yang dimiliki setiap
orang sangat banyak, orang juga tidak selalu menampilkan diri apa adanya dan
bisa jadi menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun, meskipun
persepsi sosial merupakan tugas yang sangat kompleks kegiatan ini merupakan hal
yang perlu dan harus kita lakukan karena peran orang lain sangat penting dalam
hidup kita. Di mana pun kita berada, kita selalu berada bersama orang lain.
Dunia manusia adalah dunia bersama dan unutk hidup di situ kita harus juga
berhubungan erat serta mengerti orang lain.
Persepsi sosial juga berhubungan
erat dengan kesehatan mental. Kesehatan mental salah satunya ditandai oleh
fungsi sosial dari individu. Fungsi sosial mensyarakatkan kemampuan untuk
mengenali keadaan emosional diri sendiri dan orang lain, sehingga diperlukan
juga kemampuan menganalisis ekspresi wajah. Sangat rendahnya kemampuan
mengenali keadaan emosi melalui ekspresi wajah merupakan karakteristik utama
pada penderita skizofrenia (Baudouin & Nicolas Franck, 2008). Defisit
kemampuan kita itu tampak ketika perasaan dikomunikasikan baik Dan melalui
ekspresi wajah maupun melalui modalitas lainnya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan persepsi
sosial?
2.
Bagaimana terjadinya persepsi?
3.
Apa saja faktor yang mempengaruhi
persepsi sosial?
4.
Apa saja jenis-jenis persepsi
sosial?
1.3
TUJUAN
1.
Mendeskripsikan pengertian persepsi
sosial
2.
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi sosial
3.
Menjelaskan bagaimana proses
terjadinya persepsi
4.
Mendeskripsikan jenis-jenis persepsi
sosial
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persepsi Sosial
Persepsi
sosial adalah proses (aktif) untuk memahami orang lain, di mana mereka
sebelumnya sudah memiliki dan mendapatkan skema-skema atau informasi tentang
keadaan sosial yang terekam di dalam memori, yang kemudian diolah atau
dibayangkan kepada suatu objek. Proses ini juga bisa mempengaruhi hasil jika
ternyata nilai-nilai yang ada sebelumnya (skema-skema yang ada sebelumnya)
ternyata berbeda dengan keadaan realitas yang mereka temukan atau alami.
Persepsi
sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan
pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh,
ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial
serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.
Robbins (Dr. Fattah Hanurawan, 2010), mengemukakan
bahwa persepsi sosial adalah proses dalam diri seseorang yang menunjukan
organisasi dan interpretasi terhadap kesan-kesan inderawi, dalam usaha untuk
memberi makna terhadap orang lain sebagai objek persepsi.
Menurut Moskowitz dan Ogel persepsi merupakan proses
yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Menurut Leavit persepsi dalam arti sempit adalah
penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti
luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu.
Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono
adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh
informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan
sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Dalam hal persepsi mengenai orang itu atau orang-orang lain untuk memahami orang
dan orang-orang lain, persepsi itu dinamakan persepsi sosial dan kognisinya pun dinamakan kognisi sosial
Teori-teori
dan penelitian sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab dan
konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri,
individu lain, kategori-kategori sosial dan kumpulan atau kelompok tentang
seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Persepsi sosial juga merujuk pada
bagaimana orang mengerti dan mengategorisasikan dunia. Seperti persepsi
lainnya, persepsi sosial merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil konstruksi,
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu
sesuai dengan kenyataan.
Isi dari
persepsi sosial bisa berupa apa saja. Atribut-atribut individual dapat mencakup
kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik, dan
kemampuan menilai. Atribut-atribut kelompok dapat mencakup properti-properti
seperti ukuran, kelekatan, sifat-sifat budaya, pola stratifikasi, pola-pola
jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah. Akan tetapi, ruang lingkup
persepsi sosial biasanya ditekankan pada sisi mikro, terarah kepada penyimpulan
individual berkaitan dengan karakteristiknya sendiri atau karakteristik
individu lain.
.
Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha :
Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha :
1.
Mengetahui apa yang dipikirkan,
dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan orang lain
2.
Membaca apa yang ada di dalam diri
orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh,
kata-kata dan tingkah laku mereka
3.
Menyesuaikan tindakan sendiri dengan
keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang
tersebut.
2.2
Proses
Persepsi Sosial
Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek
yang menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus
mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang
diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.
Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak
sebagai pusat kesadaran sehingga individu meyadari apa yang dilihat, atau apa
yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam
pusat kesadaran inilah yang disebut sebagi pusat psikologis. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir
dari proses persepsi ialah individu meyadari tentang misalnya apa yang dilihat,
atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima
melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepi dan
merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dan persepsi dapat diambil
oleh individu dalam berbagai macam bentuk ( Walgito, 2004 : 90 ).
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai
langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan
bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu
dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Tidak
semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang
akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian
individu yang bersangkutan.
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan
terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan
orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan
untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari
informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa
kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan
verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda nonverbal
Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah
laku nonverbal dan verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita
bisa mendapatkan kesan apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati,
judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan itu tidak bisa kita
kenali secara sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan satu sama lain
untuk mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh tentang orang lain. Asch (1946)
menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi terhadap sifat-sifat dalam
hubungannya satu sama lain sehingga sifat-sifat itu dipahami sebagai bagian
yang terintegrasi dengan kepribadian orang-orang yang memilikinya. Sekali kita
membentuk kesan tentang orang lain, kita cenderung tidak suka mengubahnya
bahkan jika kita menenukan fakta yang bertentangan dengan kesan kita
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses ini, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat ini. Manusia cenderung beroperasi di bawah bias-bias tertentu keitka membentuk kesan tentang orang lain. Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi sebagai orang baik (baik hati, dermawan atau menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.
Dalam psikologi sosial, kecenderungan
menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut
dengan efek halo. Di sisi lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian
tidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang
apa adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak
berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain secara fisik mempengaruhi cara
kita menilai aspek psikologisnya. Meskipun kecenderungan ini tidak serta merta
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang
cenderung mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan
petunjuk tentang siapa yang lain yang sedang dihadapinya.
2.3
Faktor
Yang Mempengaruhi Persepsi Sosial
Robbin (1989 dalam Hanurawan, 2010)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang memberi pengaruh terhadap
pembentukan persepsi sosial. Faktor-faktor itu adalah :
1.
Faktor penerima ( the perceiver)
Tidak
dapat disangkal bahwa pemahaman suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi
oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantaranya adalah konsep
diri, nilai, sikap, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan yang terdapat
dalam dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri tinggi akan cenderung
melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic.
Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi
social yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal.
Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menetukan
pembentukan persepsi seseorang. Demikian pula harapan-harapan sering memberi
semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan penilaian orang lain.
2.
Faktor situasi (the situation)
Pengaruh
factor situasi dalam proses persepsi social dapat dibagi menjadi tiga yaitu
seleksi, kesamaan dan organisasi. Secara alamiah sesorang akan lebih memusatkan
perhatian pada obyek-obyek yang dianggap lebih disukai daripada obyek-obyek
yang tidak disukai. Hal ini sering disebut dengan seleksi informasi tentang
keberadaan suatu obyek baik fisik maupun sosial. Yang kedua, kesamaan. Kesamaan
adalah kecenderungan dalam proses persepsi sosial untuk mengklasifikasikan
orang-orang ke dalam suatu kategori yang kurang lebih sama. Pada konteks relasi
social dengan orang lain seringkali individu mengelompokkan orang lain ke dalam
stereotype tertentu seperti berdasar pada latar belakang jenis kelamin, status
social dan etnik. Kemudian unsur ketiga dalam factor social adalah organisasi
perseptual. Dalam proses persepsi social, individu cenderung untuk memahami
orang lain sebagai obyek persepsi ke dalam system yang bersifat logis, teratur
dan runtut. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut dengan organisasi
perseptual. Apabila sesorang menerima informasi maka ia mencoba untuk
menyesuaikan informasi itu ke dalam pola-pola yang telah ada.
Pada
suatu situasi (tempat suatu stimulus yang muncul), memiliki konsekuensi bagi
terjadinya interpretasi-interpretasi yang berbeda. Interpretasi itu menunjukkan
hubungan diantara manusia dengan dunia stimulus. Cara individu mendefinisikan
suatu situasi memiliki konsekuensi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
perilaku orang lain. Misalnya sebuah universitas sebagai sebuah institusi akan
dapat diinterpretasi secara berbeda oleh mahasiswa, dosen, sopir angkot,
pegawai dan penjaja makanan.
3.
Faktor
obyek sasaran (the target)
Beberapa
ciri yang terdapat dalam diri obyek sangat memungkinkan untuk dapat memberi
pengaruh yang menentukan terhadap terbentuknya persepsi sosial. Ciri pertama
yang dapat menimbulkan kesan pada target adalah keunikan (novelty). Ciri-ciri
unik yang terdapat dalam diri seseorang salah satu unsur penting yang
menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya sehingga
lebih mudah dipersepsi keberadannya. Ciri kedua adalah kekontrasan. Seseorang
akan lebih mudah oleh orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik
berbeda dibanding lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Misalnya
seseorang yang berkulit hitam tinggal di lingkungan yang sebagian besar
berkulit putih. Ciri ketiga adalah ukuran dan intensitas dalam diri obyek.
Misalnya seorang miss world yang cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada
orang lain dibanding gadis-gadis pada umumnya. Ciri keempat adalah kekompakan
(proximity) obyek dengan latar belakang social orang lain. Kecenderungan
mengklasifikasikan dengan ciri-ciri yang sama karena hubungan kedekatan.
Misalnya dosen ekonomi diklasifikasikan sebagai seseorang yang memiliki sifat
ekonomis, efisien dan sebagainya.
2.4
Macam - Macam Persepsi Sosial
Secara garis besar persepsi manusi
dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Mulyana, 2005: 171-176): persepsi terhadap
objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (interpersonal).
1.
Persepsi Objek (lingkungan fisik)
Persepsi
terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan sebuah proses persepsi yang
menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia. Stimulus yang ditangkap bukan
dari komunikasi nonverbal, melankan dari gelombang cahaya, gelombang suara,
temperatur, dll. sifat- sifat luar,
sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat- sifat luar dan dalam (perasaan,motif,
harapan, dan sebagainya). Orang akan mempersepsi anda pada saat anda
mempersepsi mereka. Dengan kata lain, persepsi terhadap manusiabersifat
interaktif.
Objek yang
kita persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita dan kita juga tidak
memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan objek yang kita jadikan
sebagai bahan persepsi relatif tetap. Persepsi objek terdiri 3 jenis, yaitu :
1.
Persepsi Jarak à Contoh awan
semakin kita memandang jauh semakin nampak rendah seolah-olah kita dapat
menggapainya
2.
Persepsi Gerak à Contoh saat
kita berada di dalam kereta dan bersebelahan dengan rumah penduduk atau pohon
terkadang kita bingung, kita yang bergerak atau rumah penduduk itu yang
bergerak
3.
Persepsi Total à Pada
persepsi total baru akan tampak jelas kalau dilihat secara keseluruhan.
4.
Persepsi terhadap manusia (interpersonal)
Persepsi
terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia merupakan objeknya.
Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal maupun nonverbal. Reaksi
dari yang dipersepsi ada kemungkinan bias, karena manusia selalu berubah-ubah.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Persepsi
dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami.
Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan,
pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah
kesadaran atau kognisi. Banyak para ahli yang mengemukakan
tentang arti persepsi sosial, antara lain Robbins, Moskowitz dan Ogel,
Leavit, dan Sarwono.
Proses persepsi sosial dimulai dari
pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang
ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang
dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari
informasi-informasi nonverbal, kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa
kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kemudian,
ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-tanda
nonverbal. Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal
dan verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa
mendapatkan kesan apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati, judes,
pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. (1989 dalam Hanurawan, 2010)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang memberi pengaruh
terhadap pembentukan persepsi sosial. Faktor-faktor itu adalah Faktor penerima
( the perceiver), Faktor situasi (the situation), dan Faktor obyek sasaran (the target). Secara garis besar persepsi manusi
dibagi menjadi dua bagian, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia (interpersonal).
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono, Sarlito W, Psikologi
Sosial, Salemba Humanika, 2014.
Baron, Robert A dan Donn Byrne,
Psikologi Sosial, Erlangga, 2003
Psikologi, Blog. 2015. Pengertian
Persepsi Sosial, Proses, dan Faktor Persepsi Sosial. Diambil dari : http://blogpsikologi.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-persepsi-sosial-proses-dan.html
Atika, Nofrida. 2014. Makalah -
persepsi sosial. Diambil dari : https://www.academia.edu/6666230/Makalah_-_persepsi_sosial
tyaadhietz. 2014. Persepsi sosial. Diambil dari : https://www.slideshare.net/tyaadhietz/persepsi-sosial-29845940
DosenPsikologi.com. 2018. Macam-macam
Persepsi Dalam Psikologi. Diambil dari : https://dosenpsikologi.com/macam-macam-persepsi-dalam-psikologi
Mulyana, Aina. 2016. PENGERTIAN PERSEPSI, SYARAT PROSES DAN FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI. Diambil dari : http://ainamulyana.blogspot.com/2016/01/pengertian-persepsi-syarat-proses-dan.html
Tag :
Psikologi
0 Komentar untuk "Psikologi Sosial : persepsi sosial"