BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PERILAKU MANUSIA
2.1
PENGERTIAN
PERILAKU
Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas
sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara,
berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga
membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir,
fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum
dan lain-lain.
Pengertian Perilaku
Menurut Para Ahli
1.
Soekidjo (1993:58)
Perilaku
diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi,
yakni yang disebut rangsangan sehingga rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
2.
Robert Kwik (1974)
Perilaku
manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
3.
Sunaryo (2004:3)
Perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
4.
Notoatmojo (1997:60)
Perilaku
adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari.
5.
Notoatmodjo (2003)
Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
6.
Skinner (1938) Seorang
Ahli Psikologi
Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses yaitu PROSES
STIMULUS – RESPON (Skinner)
(1)
Respondent respon atau
Reflexsive
Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan (stimulus)
tertentu. Stimulus semacam ini
disebut “electing stimulation” karena menimbulkan
respon–respon yang relatif tetap. Contoh
: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dll. Respondent respon ini juga mencakup
perilaku emosinal. Contoh : mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta.
(2) Operant respon atau Instrumental respon
Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut “reinforcing stimulation” atau “reinforce” karena memperkuat respon.
Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut “reinforcing stimulation” atau “reinforce” karena memperkuat respon.
Contoh seorang
petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh
penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan
lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya
2.2
KEGIATAN
PSIKIS MANUSIA
Dalam diri setiap manusia, pasti melakukan berbagai aktivitas
psikis baik kognisi, konasi, emosi, maupun campuran. Aktivitas psikis manusia
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan manusia yang
diwujudkan melalui gerak gerik/ perilaku manusia tersebut.
Ada
4 kegiatan psikis manusia, yaitu :
1. Pengenalan
atau kognisi
Ketika
seseorang mempunyai rasa ingin tahu tentang sesuatu hal, misalnya mengapa orang
dapat tertawa, maka orang tersebut akan berpikir dengan menduga- duga tentang
jawaban dari mengapa orang dapat tertawa , lalu orang tersebut akan melakukan
suatu pengamatan kepada obyek pengamatan menggunakan alat inderanya, setelah
itu orang tersebut akan memberikan tanggapan sebagai tanda orang tersebut sudah
agak mengerti mengapa orang dapat tertawa, tanggapan seseorang dapat diwujudkan
baik fisik maupun psikis, misalnya dengan berkata ‘oh, mungkin’ atau mungkin
mengangguk angguk dan lain sebagainya. Setelah itu orang tersebut akan
memberikan mengingat kejadian – kejadian yang telah dialami dalam otak manusia
tersebut. Seseorang melakukan semua hal yang telah diuraikan diatas untuk
mencapai satu tujuan yaitu berpikir. Berpikir untuk memahami / mencari tahu
kebenaran dari suatu hal yang ingin kita ketahui. Aktivitas psikis seperti ini
disebut gejala kognisi
2.
Perasaan atau emosi atau afeksi
Ketika
seorang manusia melihat sesuatu, manusia akan merasakan sesuatu lalu diwujudkan
dengan perubahan pada fisik manusia, misalnya raut wajah. Contohnya: ketika
seseorang melihat tayangan televisi yang mengabarkan bahwa banyak TKW sebagai
pahlawan devisa negara mendapatkan penganiayaan baik fisik maupun mental, lalu
tiba- tiba saja orang tersebut mengeluarkan air mata sebagai wujud empati
terhadap TKW tersebut. Kemudian orang tersebut memberibantuan baik secara
material maupun spiritual kepada TKW tersebut sebagai wujud simpati. Inilah
yang disebut gejala emosi.
3.
Kemauan atau konasi
Gejala
konasi disebut juga
kemauan, hasrat manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, seorang
pelajar yang ingin menduduki peringkat 1 di dalam kelas, dengan dasar kemauan,
maka pelajar tersebut akan belajar dengan tekun untuk menduduki peringkat 1
dalam kelas. Konasi diwujudkan dengan perilaku- perilaku untuk mencapai tujuan
manusia tersebut. Gejala konasi ada yang berlangsung di luar kesadaran, seperti
refleks, automatisme, instink,dorongan. Refleks, automatisme, instink, dorongan
dapat berlangsung karena ada dorongan dari dalam diri manusia yang tidak dapat
dikontrol sehingga manusia depat langsung melakukan perilaku tanpa
memikirkannya terlebih dahulu.
4.
Gejala campuran
Gejala
campuran, terdiri dari perhatian,
kelelahan, sugesti. Ketika kita, memusatkan penglihatan maupun pendengaran pada
suatu objek inilah yang disebut perhatian. Ketika daya tahan tubuh kita menurun
karena melakukan sesuatu hal, ini disebut kelelahan. Ketika perbuatan kita
mampu menguatkan / menggerakan pikiran kita, maka inilah yang disebut dengan
sugesti.
Semua gejala- gejala psikis yang telah diuraikan diatas, saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagai contoh dalam
kehidupan nyata, ketika melihat peristiwa gunung Merapi pada beberapa hari yang
lalu, ketika gunung Merapi memuntahkan laharnya, banyak orang ikut merasa sedih
bahkan mengeluarkan air mata, mereka mempunyai keinginan untuk membantu
menimbulkan semangat hidup para korban, kemudian mereka melakukan pengamatan di
pos mana yang belum mendapat bantuan lalu mereka memberi bantuan yang
dibutuhkan para korban tersebut. Wujud bantuan tersebut ada yang berupa bantuan
secara fisik maupun mental, untuk bantuan mental biasanya mereka member motivasi-
motivasi yang didalamnya terdapat sugesti dan perhatian kepada para korban
bencana.Nah, inilah salah satu contoh keterkaitan berbagai gejala aktivitas
psikis manusia. Berbagai aktivitas psikis manusia, mempunyai hubungan saling
keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
2.3 BENTUK PERILAKU
Dilihat
dari bentuk respon terhadap stimulus , maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi belum bisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) dan dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.4 DOMAIN PERILAKU
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon
dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
disebut “determinan perilaku”.
Determinan
Perilaku Dibedakan Menjadi Dua
(Notoatmodjo, 2007 :139)
(Notoatmodjo, 2007 :139)
1.
Faktor internal
Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2.
Faktor eksternal
Lingkungan,
baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.
2.5
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan
interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor
personallah yang menentukan perilaku manusia.Menurut Edward E. Sampson,
terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada
situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor
internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang
menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.
1.
Faktor
Biologis
Faktor
biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh
aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia
seperti tampak dalam dua hal berikut.
1)
Telah diakui secara meluas adanya
perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan
atau situasi.
2)
Diakui pula adanya faktor-faktor
biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif
biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum
dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya.
2.
Faktor
Sosiopsikologis
Kita
dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.
1)
Komponen
Afektif merupakan aspek emosional dari
faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan
sebelumnya.
2)
Komponen
Kognitif Aspek intelektual yang
berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
3)
Komponen
Konatif Aspek volisional, yang
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Menurut Freud perilaku
manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia :
1.
Id
Id bergerak
berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin memenuhi
kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan
kenyataan. Id adalah tabiat manusia hewani.
2.
Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id
dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator anatara hasrat-hasrat hewani
dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat menundukan manusia terhadap
hasrat hewaninya.
3.
Superego
Superego adalah
polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan
kultural masyarakatnya.Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat
yang tak berlainan ke alam bawah sadar.
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi
antarakomponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial
(superego).
BAB 3
PERILAKU ABNORMAL
3.1 DEFINISI ABNORMAL
1)
Penyimpangan dari norma
statistik
2)
Penyimpangan dari norma
sosial
3)
Disability atau
Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
4)
Penderitaan pribadi (personal
distress) atau ketidaksenangan pribadi
1.
Penyimpangan Dari Norma
Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila
menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang
secara signifikan dari rata-rata, dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve
Bell).
Jika individu yang menunjukkan karakteristik perilaku
berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua
simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2.
Penyimpangan Dari Norma
Sosial
Tingkah laku apapun
yang dianggap menyimpang dari yang diharapkan masyarakat dianggap tidak normal.
Karena masyarakat memiliki banyak norma-norma dan aturan-aturan yang dianggap
layak untuk diterima oleh kelompok usia yang berbeda, jenis kelamin, tingkat
sosial, pekerjaan, minoritas budaya dll.
3.
Disability atau
Ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness)
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk
mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai
narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga
mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan
seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara
mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak
jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah
seksual.
4.
Personal Distress
Atau Ketidaksenangan Pribadi
Keabnormalan didefinisikan sebagai perasaan subjektif
seseorang atau tanggapan-tanggapan terhadap distress. Membiarkan seseorang
menilai keabnormalannya dan kenormalannnya sendiri.
3.2
PANDANGAN
TEORITIS TENTANG PERILAKU ABNORMAL (MALADAPTIF)
1)
Pandangan Psikodinamik
2)
Pandangan Behavioral
3)
Pandangan Kognitif
4)
Pandangan Fisiologis
5)
Pandangan
Humanistik-Eksistensial
1.
Pandangan Psikodinamik
Mendukung prinsip deterministik psikis yakni pandangan
bahwa tingkah laku normal atau tidak normal ditentukan oleh hasil dari
proses-proses dinamik dan konflik-konflik intrapsikis. Dorongan-dorongan batin
(internal) individu, seperti seks dan agresi, dalam pandangan psikodinamik
bertentangan dengan aturan-aturan sosial (masyarakat) dan norma-norma moral.
2.
Pandangan Behavioral
Deterministik adalah setiap kejadian atau tindakan
ditentukan disebabkan oleh apa yang terjadi sebelumnya dan bukan oleh keputusan
individu. Tingkah laku adalah hasil dari hubungan stimulus–respons dan bukan
produk dari kejadian-kejadian intrapsikis, bukan dari pengalaman masa lampau. Bahwa
tingkah laku abnormal itu terjadi karena dipelajari dan untuk mengubah tingkah
laku orang harus mengubah aspek-aspek yang relevan dari lingkungan, terutama
sumber-sumber perkuatan (reinforcement).
3.
Pandangan Kognitif
Tingkah laku abnormal berdasarkan pikiran-pikiran yang
keliru dan proses-proses pikiran yang kalut (Beck & Emery, 1985).
Pandangan Kognitif
1. Masalah
proses kognitif disebabkan oleh masalah dengan perhatian dan asosiasi-asosiasi.
2. Individu
telah kehilangan perhatian.
3. Selama
kehilangan perhatian, mereka dikacaukan oleh pikiran-pikiran lain.
4. Kemudian
mereka berputar-putar pada pikiran-pikiran baru dan bukan mengikuti
pikiran-pikiran semula.
Contoh Kasus
Apakah anda gelisah pada
hari ini ?
Tidak, aku mendapat
selada satu bongkol
Anda mendapat selada
satu bongkol ? Aku tidak mengerti
Ya, hanya selada satu
bongkol
Katakan padaku tentang
selada. Apa yang dimaksudkan anda ?
Ya…selada adalah suatu
transformasi dari seekor puma yang mati yang jatuh sakit pada jari kaki singa.
Dan ia menelan singa itu dan sesuatu terjadi….melihat…Gloria dan Tommy, mereka
adalah dua kepala dan mereka bukan ikan paus tetapi mereka melarikan diri
dengan sejumlah besar orang karena muntah dan hal-hal seperti itu (Neale &
Oltmanns, 1980:102)
4.
Pandangan
Humanistik-Eksistensial
Manusia adalah mahluk sadar yang memilih secara bebas
tindakan-tindakannya dan karena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia
berkembang sebagai individu yang unik.
Bahwa manusia itu berbeda dengan spesies-spesies yang lain
karena perkembangan pribadi manusia selalu berkembang pada keadaan
yang lebih tinggi.
5.
Pandangan Fisiologis
Berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor
penyebab tingkah laku abnormal. Pendapat ini muncul pada abad ke-19 karena
adanya perkembangan keilmuan khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi,
kimia dan kedokteran umum. Bahwa berbagai penyakit
neurologis akibat terganggunya fungsi otak karena pengaruh
fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk
mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya
dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan
ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut
pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan
oleh gen yang diturunkan.
3.3
KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi empat:
Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi empat:
1)
Bersifat akut dan sementara, yang disebabkan
oleh peristiwa yang penuh dengan stres.
2)
Bersifat kronis dan selama-Iamanya.
3)
Disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada
sistem saraf.
4)
Merupakan akibat dari lingkungan sosial yang
tidak menguntungkan dan/atau pengalaman belajar yang keliru.
Keempat sifat tersebut dapat saling tumpang tindih
dan saling berinteraksi di dalam menghasilkan perilaku abnormal.
3.4 KRITERIA PRIBADI YANG NORMAL
1) Memiliki perasaan aman
2) Memiliki penilaian diri
3) Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang
tepat
4) Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien
5) Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu
jasmaniah yang sehat
6) Mempunyai pengetahuan diri yang cukup
7) Mempunyai tujuan /objek hidup yang adekuat
8) Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman
hidupnya
9) Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan
dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya
10) Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap
kelompoknya dan terhadap budayanya
11) Ada integrasi dalam kepribadiannya
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
KESIMPULAN
Perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dalam diri setiap manusia, pasti melakukan
berbagai aktivitas psikis baik kognisi, konasi, emosi, maupun campuran.
Aktivitas psikis manusia dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan manusia yang diwujudkan melalui gerak gerik/ perilaku manusia
tersebut. Dalam diri setiap manusia, pasti melakukan berbagai aktivitas psikis
baik kognisi, konasi, emosi, maupun campuran. Aktivitas psikis manusia
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan manusia yang
diwujudkan melalui gerak gerik/ perilaku manusia tersebut. Ada 4 kegiatan
psikis manusia, yaitu pengenalan atau kognisi, perasaan
atau emosi atau afeksi, kemauan
atau konasi, dan gejala
campuran. Dilihat dari bentuk
respon terhadap stimulus , maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu
perilaku tertutup dan terbuka. Secara
garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu
faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Dan di dalam perilaku pasti ada
yang namanya abnormal. Ada 4 definisi mengenai abnormal, yaitu penyimpangan dari norma statistik,penyimpangan dari norma
sosial, disability atau ketidakmampuan adaptasi (maladaptiveness),
dan penderitaan pribadi (personal distress) atau
ketidaksenangan pribadi. Terdapat 5 pandangan tentang abnormal diantaranya
Pandangan Psikodinamik, Pandangan Behavioral, Pandangan Kognitif, Pandangan
Fisiologis, dan Pandangan Humanistik-Eksistensial. Beberapa
perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan
sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menjadi
empat,
yaitu Bersifat
akut dan sementara, Bersifat kronis dan
selama-Iamanya, Disebabkan oleh penyakit
atau kerusakan pada sistem saraf, dan Merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak
menguntungkan dan/atau pengalaman belajar yang keliru. Untuk melihat seseorang adalah yang normal,
tidak abnormal adalah dengan melihat kriteria berikut
1.
Memiliki perasaan aman
2.
Memiliki penilaian diri
3.
Memiliki spontanitas dan
emosionalitas yang tepat
4.
Mempunyai kontak dengan
realitas secara efisien
5.
Memiliki
dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat
6.
Mempunyai pengetahuan
diri yang cukup
7.
Mempunyai tujuan /objek
hidup yang adekuat
8.
Memiliki kemampuan untuk
belajar dari pengalaman hidupnya
9.
Ada kesanggupan untuk
memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya
10.
Ada sikap emansipasi
yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap budayanya
11.
Ada integrasi dalam
kepribadiannya
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Annis. MAKALAH PSIKOLOGI KONSEP PERILAKU
MANUSIA. Diambil dari : https://www.academia.edu/23112955/MAKALAH_PSIKOLOGI_KONSEP_PERILAKU_MANUSIA?ends_sutd_reg_path=true
Sofia , Chaerul Rizki. 2010. Apa Saja Aktivitas
Psikis Manusia?. Diambil dari : https://www.kompasiana.com/chaerul/apa-saja-aktivitas-psikis-manusia_55004f49813311fb16fa75ff
Alfin. 2013. KONSEP DASAR PSIKOLOGI. Diambil
dari : http://alfinx.blogspot.co.id/2013/01/konsep-dasar-psikologi.html
Fadhillaahnurmukhlis77. 2015. Faktor Psikologi
yang Mempengaruhi Perilaku Manusia. Diambil dari : https://fadhillaahnurmukhlis77.wordpress.com/2015/01/31/faktor-psikologi-yang-mempengaruhi-perilaku-manusia/
Noeraziz , Dian Wirawan. 2015. KONSEP KONSEP
DASAR DAN KASUS TERAPAN Psikologi dan Perilaku. Diambil dari : http://dian-w-n-fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-120664-Umum-PSIKOLOGI%20DAN%20PERILAKU.html
Anjaningtyas , Nurul Eka. 2011. Pengertian
Perilaku Manusia. Diambil dari : http://dianhusadanuruleka.blogspot.co.id/p/konsep-perilaku-manusia.html
Tag :
Psikologi
0 Komentar untuk "Makalah Psikologi : perkembangan psikologi dalam perilaku manusia"