Tempat Berbagi Ilmu

Makalah Psikologi Umum : Berpikir dan Problem Solving


PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam perjalanan hidupnya, manusia sering menghadapi berbagai permasalahan yang perlu dipecahkan. Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok.
Fungsi berfikir adalah untuk pemecahan masalah / persoalan (problem solving). Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Namun ketika kita menghadapi situasi yang tidak dapat dihadapi dengan cara biasa, di situlah timbul masalah. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengatasi masalah itu.
Ketika kita memiliki masalah, seringkali kita menginginkan masalah itu cepat hilang dengan cara apapun tanpa memikirkannya terlebih dahulu, sehingga hasil dari pemecahan masalah yang ditemukan secara singkat itu, tidak memuaskan bagi kita,atau bahkan menimbulkan masalah yang baru.
Di dalam makalah ini, penulis membahas tentang pengertian berpikir, karena dengan berpikir, manusia dapat menyelesaikan segala masalahnya. Selain pengertian dari berpikir, dijelaskan juga proses berpikir, sebab dengan mengetahui proses berpikir, kita tidak hanya dapat menyelesaikan masalah, bahkan kita juga dapat menemukan penemuan baru.
Setelah penjelasan tentang berpikir dalam makalah ini, dijelaskan juga tentang problem solving (pemecahan masalah), prinsip-prinsipnya, dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses problem solving. Semua penjelasan/ pembahasan ini, bertujuan agar kita dapat secara sistematis dalam pemecahan masalah, tidak terburu-buru, sehingga hasil dari pemecahan masalah yang ditemukan itu memuaskan atau sesuai dengan yang diinginkan
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian berpikir?
2.      Apa saja jenis berpikir?
3.      Bagaimana proses dari berpikir?
4.      Apa saja hambatan dalam berpikir?
5.      Apakah pengertian problem solving?
6.      Apa prinsip dari problem solving?
7.      Apa saja faktor yang berpengaruh dalam proses problem solving?

1.3. Tujuan Penulisan
      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui pengertian berpikir
2.      Untuk mengetahui jenis berpikir
3.      Untuk mengetahui proses dari berpikir
4.      Untuk mengetahui hambatan dalam berpikir
5.      Untuk mengetahui pengertian problem solving
6.      Untuk mengetahui prinsip dari problem solving
7.      Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam proses problem solving

1.4. Manfaat
            Manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat memberikan sumbangan pemikiran                                         dalam memperkaya wawasan mengenai psikologi
































BAB 2
BERPIKIR


2.1    PENGERTIAN BERPIKIR
            Plato berpendapat bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Dalam arti lain, berpikir itu adalah aktivitas ideasional. Pendapat ini dikemukakan dua kenyataan, yaitu :
1)                  Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif
2)                  Bahwa  aktivitas  itu  sifatnya  ideasional,  jadi  bukan  motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu. Berpikir itu menggunakan abstraksi-abstraksi “ideas”.
   Menurut Philip L. Harriman mengungkapkan bahwa berpikir adalah istilah yang sangat luas dengan berbagai defenisi. Misalnya, angan-angan, pertimbangan, kreativitas, pemecahan masalah, penentuan, perencanaan.
   Drever mengemukakan bahwa berpikir bertitik tolak dari adanya persoalan atau problem yang dihadapi secara individu.
   Sedangkan Floyd L. Ruch dalam bukunya Psycology and life mengemukakan bahwa berpikir merupakan unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. (Shaleh : 2008,226)
   Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata atau bahasa, karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa, manusia dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lain. (Walgito : 1980, 176)
Dari defenisi yang dikemukan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan berbagai kegiatan yang menggunakan konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa. Untuk mempermudah pemahaman tentang berpikir, penulis memberikan contoh berpikir dengan menggunakan gambaran. Misalnya, bayangkan anda sedang berada di kampus FKM Undana. Kemudian anda ingin membaca buku di Perpustakaan Daerah. Dalam hal ini, anda akan menggunakan bayangan atau gambaran kota Kupang khususnya yang berkaitan dengan kampus dan Pusda. Anda akan berpikir tentang jalan-jalan mana saja yang akan di tempuh, berapa banyak waktu yang habis dalam perjalanan menuju pusda.
2.2    JENIS BERPIKIR
Berpikir dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu : Pertama, Berpikir Asosiatif, yaitu suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi, ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para pencipta, penemu, penggagas dan sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran. Berpikir divergen juga berati berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unik yang berbeda-beda tetapi benar.
Proses berpikir asosiatif ini mempunyai beberapa jenis yaitu :
·           Asosiasi  bebas  :  Satu  ide  akan  akan  menimbulkan  ide  mengenai  hal lain,hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya : Sati ide tentang makanan, dapat merangsang timbulnya beberapa ide, yaitu ide tentang restoran, dapur, nasi, anak yatim yang belum sempat diberi makan.
·           Asosiasi terkontrol : Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu saja. Misalnya, ide tentang “membeli mobil,” akan merangsang ide-ide lain, seperti harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya. Tetapi tidak merangsang ide-ide tentang hal-hal lain di luar itu, seperti lalu lintas, atau polisis lalu lintas.
·           Melamun : Mengkhayal bebas sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. Misalnya, berkhayal jadi orang kaya, jadi Superman, atau jadi putri salju.
·           Mimpi : Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupa saat bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
Kedua, adalah Berpikir Terarah. Proses berpikir terarah adalah proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Jenis berpikir seperti ini disebut juga berpikir konvergen. Misalnya, ketika ia sedang membetulkan kerusakan mesin, ia mengerahkan semua pengetahuannya tentang mesin itu, dan kalau perlu dia akan mencari informasi lebih lanjut di internet tentang mesin tersebut. Semua informasi itu ditujukan pada satu titik, yaitu mencari di mana letak kesalahan mesin itu. Mengapa mesin tiba-tiba tidak mau bekerja? Kalau sudah ditemukan, maka montir itu tidak sulit lagi memperbaikinya. Hal itulah yang disebut berpikir konvergen (memusat).
Dalam berpikir terarah ini diperlukan penyusunan strategi untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada pemecahan persoalan, yaitu :
·           Strategi Menyeluruh : Di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.
·           Strategi detailistis : Di  sini  persoalan  dibagi-bagi  dalam  bagian- bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian. (Slamet : 2010, 144)

2.3    PROSES BERPIKIR
       Proses atau jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga tahapan yakni :
1.         Pembentukan Pengertian
                    Pembentukan pengertian, dibentuk melalui empat tingkat, sebagai berikut :
           Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya mau membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Misalnya,
           Manusia Indonesia ciri-cirinya : makhluk hidup, berbudi berkulit sawo matang, berambut hitam ; Manusia Eropa ciri-cirinya : Makhluk hidup, berbudi, berkulit putih, bermata biru terbuka, berambut pirang atau putih ; Manusia Negro ciri-cirinya : Maakhluk hidup, berbudi, berkulit hitam, bermata hitam melotot, berambut hitam keriting,.
           Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, dan mana yang tidak selalu ada, mana yang hakiki, dan mana yang tidak hakiki.
           Mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki. menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas, ciri-ciri yang hakiki itu ialah makhluk hidup yang berbudi.
2.         Pembentukan Pendapat
       Ini merupakan peletakan hubungan antar dua pengertian atau lebih yang hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa :
           Pendapat menolak : yaitu tidak menerima ciri dari sesuatu hal, misalnya saya tidak setuju. Amir tidak rajin.
           Pendapat menerima/ mengiyakan : menerima sifat  dari sesuatu hal, misalnya : Amir itu pandai, air itu tumpah
           Pendapat   asumtif   :   yaitu   mengungkapkan   kemungkinan- kemungkinan suatu sifat pada suatu hal, misalnya : anda mungkin salah mengerti, saya barangkali keliru.
3.         Pembentukan Keputusan
            Proses ketiga ini adalah satu usaha penarikan kesimpulan yang merupakan pernyataan keputusan. Keputusan dimaksudkan sebagai hasil pekerjaan akal atau fikir yang disusun secara sistematis dari dua buah obyek yang dihubungkan seperti sebelumnya.
            Mengenai keputusan ini dapat dibedakan atas :
           Keputusan induktif ; yaitu yang diambil dari pendapat-pendapat khusus membentuk suatu pendapat umum, misalnya :
-          Tembaga dipanaskan memuai
-          Perak dipanaskan memuai
-          Besi dipanaskan memuai
Keputusan : semua logam jika dipanaskan memuai (umum).
           Keputusan deduktif ; yaitu yang diambil dari pendapat umum membentuk pendapat yang khusus, misalnya:
-          Semua bagian badan jika dicubit sakit
-          Pipi adalah bagian badan
Keputusan : pipi jika dicubit sakit
           Keputusan analogis ; yaitu yang diambil dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya :
-          Dodo anak pandai naik kelas (khusus)
-          Rani anak pandai, naik kelas (khusus)
-          Kulit leher yang sakit, memerah
Keputusan : Nunung anak yang pandai itu tentu naik kelas.

2.4    HAMBATAN DALAM BERPIKIR
       Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang mengalami hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena:
1)        Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
2)        Data yang ada dalam keadaan confuse (membingungkan), data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
       Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berpikir seseorang. Lebih-lebih kalau datanya bertentangan dengan yang lain, misalnya dalam cerita-cerita detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah. Lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.
















BAB 3
PROBLEM SOLVING


3.1    PENGERTIAN PROBLEM SOLVING
       Secara umum yang dimaksud dengan problem adalah sesuatu yang timbul apabila ada konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan.
       Menurut pandangan aliran pengolahan informasi (information processing), orang menghadapi problem bila ada tujuan yang ingin dicapai, tetapi belum ditemukan sarana untuk sampai pada tujuan itu. (Purwadarminto : 1987, 143)
       Problem solving juga diartikan sebagai suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.
       Problem Solving, menurut istilah adalah proses penyelesaian suatu permasalahan atau kejadian, upaya pemilihan salah satu dari beberapa alternatif atau option yang mendekati kebenaran dari suatu tujuan tertentu.
3.2    PRINSIP PROBLEM SOLVING
       Adapun prinsip-prinsip Problem Solving adalah:
1)             Keberhasilan dalam memecahkan masalah dapat dicapai jika diarahkan ke masalah yang ia mampu memecahkannya. Pada prisip ini dijelaskan bahwa masalah yang kita hadapi ada yang mudah dipecahkan, dan ada pula yang sulit. Jika kita menghadapi masalah yang sulit (kompleks), hendaknya kita menganalisa masalah itu yaitu mengurai ke dalam masalah-masalah tunggal yang lebih mudah dihadapi/ dipecahkan.
2)             Dalam  memecahkan  masalah,  pakailah  data/  keterangan  yang  ada. Sering data yang ada tidak lengkap, atau belum kita ketahui relevansinya. Data sangat kita perlukan,karena dengannya kita akan dapat mengenal persoalannya.
3)             Titik tolak pemecahan masalah ialah mencari kemungkinan-kemungkinan jalan keluar. Proses pemecahan masalah dimulai dengan mencari beberapa kemungkinan jalan keluar, sehingga akhirnya kita dapat memilih satu jalan keluar yang kita pandang paling baik/ tepaat/ mudah. Setelah kita memilih, usaha kita pusatkan pada perencanaan dan pelaksanaan jalan keluar itu dan kita sisihkan kemungkinan yang lain.
4)             Menyadari masalah harus didahulukan dari usaha memecahkan masalah. Prinsip ini menyadarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam memecahkan masalah,tetapi pemecahan masalah itu haruslah dengan usaha yang benar-benar dipikirkan terlebih dahulu,agar kita sampai kepada pemecahan tuntas dan tepat.
5)             Proses menciptakan ide-ide baru (innovative) hendaknya dipisahkan dari proses evaluasi ide ; sebab yang akhir ini menghambat yang pertama. Prinsip ini menekankan bahwa dalam pemecahan masalah, kita dibebaskan untuk menciptakan ide baru tanpa harus terikat atau terkait dengan ide-ide lama.
6)             Situasi-situasi pilihan, hendaknya dijadikan situasi masalah. Situasi masalah ditandai dengan adanya hambatan. Situasi pilihan, biasanya perhatian ditujukan kepada dua alternatif yang harus dipilih. Dalam situasi persoalan ini, perhatian tidak diarahkan kepada ide-ide baru, karena pemusatan perhatian ditujukan kepada “bagaimana” memilih yang tepat antara dua kemungkinan itu. Jika dua alternatif yang ada tidak dapat dipilih atau tidak diinginkan, barulah dicari kemungkinan lain dengan mencari ide-ide baru.
7)             Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan. Tujuan situasi masalah adalah menghilangkan hambatan. Jika ditemukan dua pemecahan masalah, maka situasi masalah itu bisa berubah menjadi situasi pilihan.
8)             Pemecahan masalah yang diusulkan oleh pemimpin sering dievaluasi secara kurang obyektif. Usul pemecahan masalah dari pemimpin, biasanya diterima oleh anggota dengan sikap khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa pemimpin adalah orang yang berkuasa. Situasi ini kurang baik, karena sering mengurangi rasa tanggung jawab anggota dan anggota akan menyalahkan pemimpin jika pemecahan masalah yang ditemukan tidak membawa hasil yang diharapkan.

3.3    FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PROSES PROBLEM SOLVING
       Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi  proses dalam problem solving yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.
a.              Motivasi
          Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan membatasi fleksibilitas.
b.             Kepercayaan dan Sikap yang Salah
          Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah.
c.              Kebiasaan
          Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel( flexible mental set) .
d.             Emosi
          Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi sulit untuk berpikir efisien. (Zimbio : 2011)
e.              Takut
          Takut mungkin melebih-lebihkan kesulitan persoalan dan menimbulkan sikap resah yang melumpuhkan tindakan ; marah mendorong tindakan yang kurang dipikirkan ; kecemasan sangat membatasi kemampuan kita melihat masalah dengan jelas atau merumuskan kemungkinan pemecahan.
       Selain faktor-faktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi proses problem solving adalah faktor biologis, misalnya terlalu lapar, setengah lapar, kurang tidur. Manusia yang kurang tidur, akan mengalami penurunan dalam kemampuan berpikir.        


BAB IV
KESIMPULAN
4.1    KESIMPULAN
Berpikir merupakan berbagai kegiatan yang menggunakan konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu  Pertama, Berpikir Asosiatif, yaitu suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Proses berpikir asosiatif ini mempunyai beberapa jenis yaitu Asosiasi  bebas, Asosiasi terkontrol, Melamun, Mimpi. Kedua, adalah Berpikir Terarah. Proses berpikir terarah adalah proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Dalam berpikir terarah ini diperlukan penyusunan strategi untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada pemecahan persoalan, yaitu Strategi Menyeluruh dan Strategi detailistis. Proses atau jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga tahapan yakni Pembentukan Pendapat, Pembentukan Pengertian, Pembentukan Keputusan. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang mengalami hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena Data yang kurang sempurna dan Data yang ada dalam keadaan confuse (membingungkan). Problem Solving, menurut istilah adalah proses penyelesaian suatu permasalahan atau kejadian, upaya pemilihan salah satu dari beberapa alternatif atau option yang mendekati kebenaran dari suatu tujuan tertentu. Adapun prinsip-prinsip Problem Solving adalah
1.      Keberhasilan dalam memecahkan masalah dapat dicapai jika diarahkan ke masalah yang ia mampu memecahkannya.
2.      Dalam  memecahkan  masalah,  pakailah  data/  keterangan  yang  ada.
3.      Titik tolak pemecahan masalah ialah mencari kemungkinan-kemungkinan jalan keluar.
4.      Menyadari masalah harus didahulukan dari usaha memecahkan masalah.
5.      Proses menciptakan ide-ide baru (innovative) hendaknya dipisahkan dari proses evaluasi ide
6.      Situasi-situasi pilihan, hendaknya dijadikan situasi masalah.
7.      Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan.
8.      Pemecahan masalah yang diusulkan oleh pemimpin sering dievaluasi secara kurang obyektif.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi  proses dalam problem solving yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi. Faktor lain yang mempengaruhi proses problem solving adalah faktor biologis, misalnya terlalu lapar, setengah lapar, kurang tidur



DAFTAR PUSTAKA

Kalat J.W.. BIOPSIKOLOGI, buku 1, Jakarta : Salemba Humanika, 2010
Kalat J.W.. BIOPSIKOLOGI, buku 2, Jakarta : Salemba Humanika, 2010
Huddine, Miftah. 2015. TUGAS PSIKOLOGI FAAL SISTEM HORMON. diambil dari https://www.academia.edu/23235962/TUGAS_PSIKOLOGI_FAAL_SISTEM_HORMON
Yus. 2016. NEUROPSIKOLOGI : SISTEM HORMON. diambil dari http://yustikablog.blogspot.co.id/2016/12/neuropsikologi-sistem-hormon.html
UNUSA. 2017. Hormon Aksis. diambil dari http://students.unusa.ac.id/mm/2017/09/26/hormon-aksis/
Luny, Loviony. 2011. Jalur HPA Axis. diambil dari http://luviony-luny.blogspot.co.id/2011/06/jalur-hpa-axis.html


Tag : Psikologi
0 Komentar untuk "Makalah Psikologi Umum : Berpikir dan Problem Solving"

Back To Top