Tempat Berbagi Ilmu

Gangguan Mental / Psikologis : Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)


Gangguan Mental / Psikologis : Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)



                Orang awam biasanya mencampuradukan saja pengertian fear, phobia, dan anxiety. Semuanya disebut “takut” saja, tetapi dalam psikiatri dan psikolgi, ketiga istilah itu mempunyai artinya masing-masing. Fear adalah rasa takut (keadaan emosi yang tidak menyenangkan), yang ditimbulkan oleh suatu objek yang jelas dan alasannya pun jelas, atau disebut juga takut yang rasional. Rasa takut ini normal, ada pada setiap orang yang berakal sehat. Contohnya, takut digigit ular di hutan, takut ketabrak mobil kalau menyeberang di jalan tol, takut pada dosen yang galak atau takut pada mertua.
                Fobia adalah takut yang irasional pada suatu objek atau situasi tertentu. Artinya, objeknya memang jelas, tatpi alasannya tidak masuk akal atau tidak jelas. Misalnya, takut gelap, takut pada kucing, takut di tempat ramai, takut dalam ruang yang tertentu dan sebagainya.
                Anxiety  atau cemas, adlah takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Pada orang normal sering terjadi rasa cemas yang normal. Sebagi contoh, seorang ibu yang selalu cemas jika anak gadisnya keluar malam dengan teman-temannya. Dia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada anaknya. Apa yang dikhawatirkannya, dia tidak tahu pasti. Mungkin, sang ibu terlalu banyak mmebaca koran atau menonton TV tentang perkosaan. Padahal, selama ini anak gadisnya itu selalu pulang dengan selamat. Kalau masih sekedar khawatir, masih tergolong takut yang rasional, tetapi kalau khawatir itu sudah disertai dengan tanda-tanda atau gangguan fisik dan emosi yang intensif, seperti keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar, sakit kepala, tekanan darah naik, tdiak bisa tidur, gelisah, dan sebagainya, maka kekhawatiran itu sudah bisa digolongkan pada kecemasan. Jika kecemasan itu berlanjut dan terus-menerus (kronis), bisa menimbulkan fatigu atau kelelahan mental, dan depresi. Oleh karena itu, kecemasan selalu disertai dengan gejala atau sindrom depresi, tetapi tidka semua depresi disebabkan oleh kecemasan. Dengan demikian, kecemasan yang kronis memerlukan bantuan untuk mengatasinya.
                Kecemasan bisa berawal sejak masih usia kanak-kanak dan berkembang tahap demi tahap. Misalnya, kecemasan yang timbul karena di masa kecil sering dikunci di kamar sendirian sementara ibunya berbelanja. Di sisi lain kecemasan bisajuga terjadi setelah suatu peristiwa yang menimbulkan trauma mental. Pascabencana tsunami 2004 di Aceh, banyak penduduk Aceh yang selamat mengalami kecemasan berat. Begitu juga pascagempa bumi atau pascaperang. Penderita kecemasan pascaperistiwa traumatis ini diberi sebutan khusu, yaitu PTSD (Posttraumatic stress disorder) dan untuk mereka pakar psikologi telah mengembangkan berbagai teknik psikoterapi yang dasarnya adalah terapi perilaku-kognitif (cognitiv behavior therapy) untuk orang dewasa dan terapi bermain unutk anak-anak. Untuk penderita kecemasan di luar PTSD kadanag-kadang psikiater memberikan juga obat-obatan, karena ada kemungkinan pengaruh dari faktor neurologis terhadfap timbulnya kecemasan itu. Tetapi, dalam kenyataan sangat sedikit atau hampir tidak ada penderita kecemasan yang disebabkan murni oleh faktor neurologis. Hampir semua disebabkan oleh faktor psiko-sosial dan lingkungan.
                Jenis-jenis kecemasan antara lain dalan generalized anxiety disorder atau kecemasan umum, yang terdapat pada perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Jenis ini tidak fokus pada objek atau situasi tertentu, tidak spesifik atau mengambang (free floating). Orang yang bersangkutan bisa bilang bahwa dia cemas, takut, tetapi tidak bisa menyebutkan apa yang dicemaskannya dan mengapa dia cemas. Yang jelas, dia tidak bisa mengontrol emosi takutnya dan reakis takut pada tubuhnya (otot-otot tegangm jantung berdebar, sakit kepala, tidak bisa tidur dan sebagainya)
                Jenis yang lain adalah panic disorder atau panik, yaitu perasaan teror yang intenns, gemetar, bingung, mau muntah, sesak napas, dan merasa dunia akan kiamat. Walaupun bisa muncul begitu saja, rasa panik ini biasanya timbul karena suatu peristiwa yang menakutkan, stres yang berkelanjutan, atau setelah latihan olahraga. Reaksi fisik yang intens bisa terjadi selama sepuluh menit atau kurang, tetapi dampaknya bisa terjadi berjam-jam sesudahnya. Mereka yang mendapat serangan panik sehabis berolahraga mengira dirinya mendapat serangan jantung, dan dilarikan ke Unit Gawat Darurat, namun setelah diperiksa dia sehat-sehat saja.
                Berikutnya adalah social anxiety disorder atau disebut juga fobia sosial. Orang yang bersangkutan merasa bahwa dirinya selalu dinilai jelek oleh orang lain. Termasuk dalam golongan ini adalah “demam panggung”, yaitu orang yang takut untuk tampil di depan umum (berkeringat dingin dan gemetar setiap kali harus membacakan laporan di depan rapat, atau untuk menerangkan PR-nya di dpean kelas). Pada remaja laki-laki banyak terdapat gejala “malu-malu kucing” (love shyness), yaitu takut-takut untuk bergaul dengan lawan jenis.
                Separation anxiety atau cemas menghadapi perpisahan banyak terjadi pada anak-anak, yaitu ketika anak itu harus berpisah dari orang yang selama ini memberinya perasaan aman dan terlindung, misalnya ketika anak itu harus ditinggalkan sendirian di kelas di Taman Kanak-Kanak(TK). Jika gejala ini terjadi pada anak, khususnya jika tidak berlangsung lama, maka tidak termasuk gangguan mental. Jika hal ini terjadi pada orang dewasa, apalagi berulang-ulang terjadi, maka perlu dibantu mengatasinya oleh psikiater atau psikolog klinis. Contoh yang menarik adalah salah satu tokoh dalam buku Laskar Pelangi, Trapani. Dia masuk RSJ Belitong dengan diagnosis separation anxiety.

Tag : Psikologi
0 Komentar untuk "Gangguan Mental / Psikologis : Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan)"

Back To Top